Dengan bumi yang selalu bullat..kehidupan akan selalu berputar...berputar dan akan terus berputtar...kisah didalamnya juga akan berputar..namun tudak kembali pada poros yang sama
Dalam menjalankan kewajibannya sebagai seorang jurnalis wartawan harus memenuhi kode –kode etik jurnalistik dimana kode etik itu adalah penuntun langka insane pers agar agar tetap berada pada alur yang benar. Sebelum menuju tahapan bagaimana seorang wartawan itu mengamalkan kode etik jurnalistik yang dispakati bersama ada baiknya jika kita mengartikan makna kata kode etk itu satu persatu hingga nanti akan ada sebuah pemahaman bersama terkait kode etik jurnalistik ini.
Kode etik Jurnalistik, masing-masing suku katanya mempunyai makna dan artian yang berbeda kata eti, berasal dari kata “etiquet’ yang dalam behasa Ingrhris berrarti sopan santun atau selembar kertas yang ditempatkan dalam benda. Sedngkan kata “Etika’ berasal dari bahasa yunani yang berarti, watak atau moral. Dari pengertianini pada akhirnya etika dewasa ini dikenal sebagai : “ Prinsip-prinsip atau tatanan perilakuyang baik dari suatu kelompok masyarkat tertentu yang bersumber dari keahlian,moral atau hati nurani masyarakat tersebut.”
Sedangkan kode berasal dai bahasa inggris “code” . Pngertian dasarnya adalah himpunan ketentuan atau peraturan atau petunjuk yang sisitematis. Dari gabungan pengertian kedua kata itu, akhirnya kode etik dapat diatikan sebgai : Himpunan atau kumpulan etika. Maka kode etik jurnalistik bermakna himpunan etika dibidang jurnalistik.
Secara esensial kode etik tiap organisasi jurnalistik yang ada di Indonesia berbeda, mungkin kita bisa melihatnya bukan hanya dalam perusmusannya namun juga pada pandangan sikap pers terhadap suatu masalah, semisal terhadap kepentingan nasional, ada organisasi wartawan yang dalam kode etik jurnalistiknya secara tegas dan terang-terangan mencantumkan kepentingan nasional bangsa Indonesia sebagai salah satu etika yang harus ditaati anggotanya. Paham sebaliknya di anut oleh organisasi Pers lain, namun saya yakin ada benang merah yang kuat diantara kode etik-kode etik tersebut jika kita runut dan pahami lebih lanjut. Semisal kita menengok pada kerangka jiwa kode etik Jurnalistik, tang di lahirkan pada 14 maret 2006 oleh gabungan 29 Organisasi pers dan ditetapkan sebagai kode etik jurnalistik baru yang berlaku secara nasional melalui putusan Dewan Pers No. 03/SK-DP/III/2006 tanggal 24 maret 2006,misalnya mengandung sedikitnya empat asas yakni
1.Asas Demokratis
2.Asas profesionalitas
3.Asas Moralitas
4.Asas Supremasi Hukum
Dalam seperempat abad tahun terakhir ini Kode etik Jurnalistik selalu menjadi landasan dan perameter yang paling dibanggakan dan diandalkan dalam kasus-kasus yang terjadi di Dunia Pers, namun ironisnya terkadang memang Kode Etik ini malah tidak diketahui sama sekali oleh para pelaku Jurnalistik.
Paling tidak pelaku jurnalistik ini harus benar-benar memahami apa yang menjadi nilai “Ideal” dalam melakukan tugasnya, Kode etik Jurnalistik adalah pandangan koral, pegangan, sandaran dan kekuatan hokum bagi pelaku jurnalistik, dengan tidak paham dan tunduknya pelaku jurnalistik akan kode etik jurnalis, berarti pelaku jurnalistik telah menghianati kepercayaan public yang diberikan kepada Pers?
Terlalu dramatis kah? Saya rasa tidak, karena Kode etik ini merupakan landasan kebebasan Pers, ketika Pers melanggarnya atau bahkan tidak memahami kode etik jurnalistik ini maka, bagaimana Insan pers akan melakukan tindakan-tindakan jurnalismenya, landasan apa yang diapakai untuk bergerak, Wartawan butuh dasar dan landasan yang kuat agar ia tetap bisa menjalankan tugasnya dengan maksimal, dan tetap menjunjung kebenaran dalam beritanya dengan memahami kode etik jurnalistik dan Elemen-elemen jurnalistik.
Jurnalistik sampai saat ini masih dianggap sebagai sumber informasi yang paling akurat di masyarakat, Opini public dengan mudah dapat dibentuk melalui sebuah tulisan dan rekaman media, focus pikiran public hasil pengaruh dalam jurnalistik akan mempengaruhi perilaku mereka, Pengaruh jurnalistik halus dan hampir tidak berasa namun efeknya akan luar biasa.
Jurnalistik dan media, ada benang merah yang mengikat keduanya agar berjalan beriringan, Jurnalistik sendiri memerlukan media untuk mengungkap fakta dan realita begitu juga media ia tidak akan berarti apa-apa tanpa jurnalistik di dalamnya, ia seperti wadah kosong. Keinginan untuk melayani publik dengan informasi yang berkembang merupakan hasrat dari semua manusia, semua manusia bisa menjadi jurnalis, namun tidak semuanya bisa menjadi jurnalis yang baik.
Untuk menjadi seorang journalist yang baik ada Sembilan elemen jurnalistik yang ditulis oleh Bill kovach dan Tom Rosentiel sebagai pematok jalannya jurnalistik internasional. Sayangnya jurnalistik yang berjalan sekarang sudah mulai “berselingkuh” dengan politik, bisnis dan sebagainya. Elemen jurnalistik juga bisa dibilang sebagai batasan sejauh mana jurnalist menjalankan tugas-tugasnya.
Sebagai sebuah jembatan informasi media dalam menjalankan kewajiban dan kinerjanya harus berada dalam sebuah garis lurus keterikatan Elemen-elemen jurnalistik juga kode-kode etik yang berada di dalamnya.
Kisah awal bermulanya kemunculan Sembilan elemen jurnalisme berawal ketika para pakar jurnalistik tidak menyadari pada dasarnya apa pekerjaan mereka, untuk apa, bagaimana, harus seperti apa, hingga pada akhirnya terkumpulah Sembilan elemen jurnalistik yangsampai saat ini masih menajdi dominasi penuntun pelaku jurnalistik dalam melaksanakan tugasnya.
Sembilan elemen jurnalisme menurut Bill Kovach :
1.Kewajiban pertama jurnalisme adalah pada kebenaran
2.Loyalitas utama jurnalisme adalah kepada warga
3.Intisari jurnalisme adalah disiplin verivikasi
4.Para praktisisnya harus menjaga independensi terhadap sumber berita
5.Jurnalisme harus berlaku sebagai pemantau kekuasaan
6.Jurnalisme harus menyediakan forum public untuk kritik maupun dukungan warga
7.Jurnalisme harus berupaya membnuat hal pentinng dan menarik dan relevan
8.Jurnalisme harus menjaga agar berita komperhensif dan proporsional
9.Parapraktisinya harus diperbolehkan mengikuti nurani mereka.(Kovach & Rosentiel, Sembilan elemen Jurnalisme 2003: 6)
Dalam Sembilan elemen diatas terlihat bagaimana kiprah jurnalistik dalam menyajikan sebuah informasi yang ditujukan pada warga. Betapa sebuah berita itu harus berimbang, itu dalam tataran teori yang dipelajari, namun di luar dalam tataran nyata seorang journalist cenderung mempunyai keberpihakan–keberpihakan tertentu akan sebuah masalah, kadang ada yang berkilah keadilan itu milik Tuhan saya manusia hanya bisa mengupayakannya, seperti itu ?
Dalam sebuah bisnis media dimana siklus jurnalistik berada didalamnya, terbentuk sebuah pertanyaan, apakah media dalam lingkaran bisnis itu ataukah bisnis yang berada dalam lingkaran media, Pada dasarnya Jurnalistik bisa dikatakan sebuah pemuas rasa ingin tahu publik melalui informasi yang di sajikannya, Dalam kaidah elemen jurnalistik diprioritaskan pada nomor urut satu, Kewajiban utama seorang journalis adalah pada kebenaran. Lalu kaitan dengan berita yang disajikan? Saya yakin semua berita yang disajikan adalah benar, tidak mungkin seorang jurnalis akan membuat berita yang terkotak, dalam artian tanpa mencari data yang falid. Akan tetapi masalahnya kebenaran sebuah berita itu bisa dimunculkan dalam artian pandangan dan keberpihakan perusahaan yang membawahi media tersebut condong ke pihak yang mana, jika pada dasarnya Perusahaan condong kepada pihak “A” semisal, lalu pihak “A” ini melakukan sebuah kesalahan atau hal buruk yang menyangkut imagenya dimasyarakat maka medianya akan cenderung meminimalisir penulisan kesalahan-kesalahan yang dilakukan oleh pihak “A”. Kebenaran dalam artian yang mana? Mungkin jawabannya akan begitu abstrak, karena setiap masyarkat, setiap manusia, setiap ras, suku, dan Bangsa akan mempunyai persepsi kebenaran yang berbeda-beda, kebenaran semacam apa yang dimaksud oleh Bill kovach, benarkah ia adalah kebenaran filosofis? Tentu tidak, kebenaran dalam elemen ini adalah kebenaran yang berada dalam tataran fungsional, semisal polisi menangkap pelaku kriminal dikarenakan polisi mencari data dengan kebenaran fungsional, begitu juga Jurnalis yang ditegakkan adalah kebenaran fungsional, lapis demi lapis.. Media selalu menulis kebenaran tapi untuk siapa?
Jawabanya masyarakat, dan itu sudah pasti sebagai mana dalam Sembilan elemen jurnalistik yang tertulis bahawa Loyalitas utama jurnalistik adalah pada Warga. Pada kenyataannya Jurnalis saat ini terkotak-kotak, mendukung dan loyal pada pimpinan medianya pada siapa pimpinan medianya loyal maka akan kearah itu si media melakukan loyalitasnya, ini yang saya anggap sebagai sebuah benturan idealitas dengan realitas yang ada pada saat ini, bukan menyalahkan seorang journalis yang melakukan hal tersebut tapi sepertinya realitas-realitas yang terjadi dalam keseluruhan media seperti itu.
Lepasnya kontrol pemerintah menjadikan sebuah media menjadi sangat Independen, namun dengan independensi yang dimiliki oleh media apakah benar bisa membuatmedia benar-benar menjadi berimbang dan netral, ataukah hanya akan menajdi lahan bisnis dan kapitalisasi?.
Dalam era kebebasan yang kita nikmati saat ini, hampir semua orang bisa menciptakan media. Melalui apapun sarananya publik bisa melakukan tindakan jurnalisme, namun ketakutan akan tumpulnya kritisme, masih ditakuti, bukan karena peran pemerintah yang mulai melakukan control jurnalisme lagi namun jurnalisme yang akan berlandaskan kapitalisasi bisnis, yang ditakutkan Jurnalistik hanya akan dijadikan alat untuk memperkuat akar bisnis dan rantainya, bukan informasi yang sebenar-benarnya pada publik.
Ada sebuah mitos bahwa Jurnalisme ideal tidak akan bisa bertahan hidup dalam situasi global seperti sekarang, benturan-benturan realitas memang harus dihadapi para jurnalis dalam melaksanakan tugasnya, seorang jurnalis yang memang mempunyai berbagai sisi bukan hanya ia sebagai, profesionalitas, loyalitas dan independensinya, akan tetapi sisi kepriadian dan kehidupan sehari-harinya, ia jugaorang yang mempunyai keluarga, kehidupan yang akan berkelanjutan dan sebagainya. Salahkah saya jika saya mengatakan bahwa memang ini realitasnya yang terjadi dimana seorang jurnalis saat ini masih merasakan pengukungan dalam tubuh media itu sendiri.
Namun jika kembali pada pertanyaan untuk apa jurnalistik itu harus ada? Banyak alasannya, Jurnalistik ada untuk memenuhi hak-hak warga Negara, Jurnalisme ada untuk demokrasi, Jurnalisme ada untuk jutaan orang yang terberdayakan arus informasi bebas, Menjadi terlibat langsung dalam menciptakan pemerintah dan peraturan baru untuk kehidupan politik, social, dan ekonomi negeri mereka.(Kovach & Rosentiel, Sembilan elemen jurnalisme 2003: 11).
Seharusnya jurnalisme ada untuk itu namun dengan pergeseran dan perkembangan dunia saat ini jurnalistik tidak hanya berfungsi untuk hal-hal diatas, namun jurnalistik terkadang digunakan sebagai alat untuk mempengaruhi kebijakan, Jurnalistik sebagai hiburan dan sebagainnya. Elemen jurnalistik masih tetap dipakai namun sudah Nampak adanya pergeseran-pergeseran fungsi jurnalistik dalam kenyataan saat ini.
Jurnalisme adalah pemantau kekuasaannamun perselingkuhan politik dan media saat ini bukan hal yang blur lagi sudah Nampak jelas bahwasanya media dimana jurnalistik di dalamnya digunakan sebagai alat pemerolehan kekuasaan, karena pada dasarnya media memang milik “orang-orang” itu.
Siapa yang disalahkan? Tidak adasemua terjadi karena situasi yang ada mendukung untuk melaksanakan hal tersebut, hanya saja dalam elemen jurnalistik ini point terkahir dijelaskan bahwa Jurnalis diperbolehkan mendengar hati nuraninya, ia juga bahkan boleh membuat sebuah berita yang membuat public mengerti bahwa berita itu tidak benar-benar independen, jika memang berita yang diminta oleh atasan sang wartawan memihak atau menyudutkan pihak-pihak tertentu.
Pola kehidupan jurnalis akan selalu penuh warna, bukan hanya putih saja, itu yang membuat para jurnalis peka nuraninya, seorang jurnalis akan membuat berita dengan fakta yang ada, jurnalis ada bukan sebagai hakim, tapi sebagai penjunjung kebenaran.
Siapa sih di dunia yang luas ini tidak menginginkan ada yang mendampingi hidupnya? Ada yang mendengar keluh kesahnya, setiap orang pasti menginginkan hal itu, tidak satu orangpun di dunia ini mau hidup sendiri dan itu sudah di kemukakan oleh aris toteles, manusia,,, makhluk yang tidak mampu hidup sendiri.
Apalagi bagi seorang wanita, keberadaan pendamping hidup disampingnya menjadi suatu dambaan yang berarti, mimpi yang jangan ternodai. Mendefinisikan Jodoh apakah hanya sebatas pendamping?apa ia hanya sebatas yang mendengarkan kita untuk berkeluh, jodoh kita itu pastinyakan manusia juga… saya yakin, ia juga punya keluh kesah, lalu bagaimana jika keluh kesahnya lebih sulit daripada kita? Bagaimana kalau dia nantinya lebih “manja’ dari pada kita?
Apa tidak merepotkan..????
Lalu ia datang, bagai hembusan angin yang menyejukan,,, sampai waktu inipun aku tidak mengerti apakah dia garis jodohku, kata orang jodoh itu mirip… dan sejak pertama kali akau bertemu dengannya, aku merasa kok aku mirip ya sama itu laki-laki… hm.m.m apakah aku salah lihat ataukah aku yang hanya memirip-miripkan….?
Awalnya dalam hidup yang indah ini aku yakin tidak akan terjebak dalam senyumannya, aku tidak akan jatuh dalam indah suaranya, tapi akhirnya kesombongan itu pupus, pada lamabaian simponi jingga yang bermakna. Kesombungan itu terkikis oleh rasa yang tiba-tiba membuat aku seperti sinar mentari… Cerah.
Ia datang pada saat hati ini kosong, saat hati lemahku rapuh dan butuh penopang, salah kalau aku membiarkannya mengisinya? Haaa? Apa kata kalian?? TIDAK…
Ia tidak pernah memintanya, ia tidak pernah mengetuknya, aku yang membiarkannya mengisi kekosongan itu dengan lagu-lagunya, agar hati ini tidak lagi sunyi, tapi aku takut… Ia akan sama seperti makhluk-makhluk pemimpin yang lain… yah..kata orang-orang laki-laki itu pemimpin… dan dia, dia adalah laki-laki Pemimpin… Calon pemimpin..
Ada kegelisahan yang aku rasakan, dia masih juga tidak bergeming, masih kukuh..dan diam… Tuhan apakah aku tidak pantas untuknya??
Awal bulan yang mmenyakitkan untukku… betapa aku harus menghadapi lagi kata-kata yang menyakitkan..begitu menyakitkanku… aku tahu maksud kata-kata itu, aku mungkin percaya pada orang yang salah..Ataukah semua ini memng salahku??
Ya Allah..!!! aku sudah tidak mengerti lagi cara apa yang mampu membuatnya menegrti perasaanku… aku kira hanya dia orang satu-satunya perduli padaku..aku kira Dia memberikan kepercayaan ini seutuhnya tapi kata-kata itu membuatku berpikir.. ia sudah muak dengan aku.. ia sudah lelah.. aku benar-benra lepas dari tali itu dan ia dengan rela nya melepasku begitu saja.. tanpa ia berpikir..betapa berharganya uluran itu padaku…ia tidak mengerti Ia benar-benar satu-satunya yang aku miliki sekarang…tanpa dia… apa yang bisa aku lakukan???
Akhirnya kau sadar… aku sekarang benar-benar sendiri… sendiri..tanpa siapa-siapa… aku yakin aku tidak akan mampu pak… tolong aku Tuhan… katakana padanya apa yang aku rasakan… dengan apapun aku akan lakukan asalkan ia bisa kembali lagi seperti ayahku yang dulu…
Tuhan… yakinkan ia aku aku rela.. aku rela melepas kebahagianku demi membahagiakannya… kenapa ia berpikiran bahwa aku begitu keras kepala..?? Bapak… aku mohon… jangan lepaskan aku..aku mohon… Tuhan… apa yang harus aku korbankan lagi… aku bahagia bersamanya… tapi tanpa bapak??? Aku tidak mungkin bisa… Bapak adalah orang yang sangat aku sayangi TUHAN..!!! kenapa ia tega berucap seperti itu…???
Apakah aku masih putrinya asihkah aku dianggap itu?? Atau aku sudah tergantikan??? Sejak kepergianku??Tuhan… aku tahu engkau akan menciptakan hati yang kuat dari semua serpihan ini…. Biarkan aku menatanya lagi…
Tuhan Hati ini sudah terlampau lelah… Jalan ini begitu berliku… Biarkan aku menyebranginya Tuhan… berikan pintu bahagia di ujung sana.. Berikan kesabaran padaku.. Tuhan..Jangan kau biarkan aku terlena… biarkan aku tetap berjaga Tuhan…Luka kali ini benar-benar perih… aku tidak pernah tahu kapan sembuhnya… Ayah… aku tahu aku tidak sesempurna yang kau pinta…
Aku tidak sepintar yang kau mau..Aku tidak sehebat yang kau inginkan.. Namun hati ini tetap mencintaimu… Mulut ini tetap berdo’a untukmu…
Apa yang kau pinta Yah…??? Katakan padaku… akan aku lakukan ddemi melihat tawamu lagi… meski kau tak akan mengerti… ia juga begitu berharga untukku… pilihanku… jika katamu tidak tepat… Aku putrimu… Jalan hidupku kadng memang telah kau ataur di telapak tanganmu… Maafkan aku Pak.. Jika aku belum bisa mnjad putri kebangganmu..Maafkan aku Pak.. Jika aku belum pernah bisa membuat Kegmbiraan di hatimu..
Seperti dugaanku… kata-kata itu keluar juga… dan aku sudah bersiap dengan berbagai kemungkinan, namun meski kuakui ada perih di hati ini… aku paling siap jika mendengar kata itu… Perpisahan… meski katanya ia menyayangiku… namun aku tahu itu hanya sebagai penyejuk sekejap saja rasa hatiku..
Dulu beberapa tahun silam saat luka itu menetes… bulan nopember pula yang menjadi saksi betapa ia mencabik-cabik hati yang kecil ini,, saat ini tak cukup dia seorang yang mencabiknya, Hampir semua orang dekatku melakukanya.. perih sekali rasanya.. tapi bagaimana… seperti apa??aku hanya diam menerima semua kenyataan ini.. Tidak ada siapapun disampingku…
Aku pasrah Tuhan.. Jika memang perlakuan mereka terhadapku bisa membuat mereka bahagia… Aku hanya meminta keadilanmu Tuhan… karena aku tahu kau yang maha adil..
Rabb… aku yakin engkau tahu mereka adalah orang-orang yang paling berharga bagiku di dunia ini.. Aku menyayangi mereka semua.. Namun perlakuan mereka?? Sulit aku tuliskan disini…
Aku mengerti Tuhan..mereka punya hak untuk bahagia.. namun apa yang mereka lakukan padaku?? Sulit ini untuk aku ikhlaskan..namun apa yang bias aku lakukan?? Aku diam mereka merampasnya dariku Aku diam mereka mengnjak-injakku.. Aku terlampau menyayangi mereka…
Namun mengingat perlakuannya.. Senyum mereka membangkitkan luka hati yang remuk ini.. Tuhan.. aku mohon… usai saja semua sampai disini.. Aku benar-benar tidak mengerti lagi harus bagaimana?
Tuhan.. aku tahu aku, dia, dia, dan mereka punya pintu kebahagiaan masing-masing.. Punya jalan masing-masing Mereka berhak meraihnya.. Namun dengan terus melukaiku? Aku yakin mereka mengerti perasaanku?
Namun salahkan aku jika aku mengatakan mereka begitu egois? Tuhan.. Aku menanti keadilanmu…
Sanggupkah kita untuk memaakan ataukah hanya...saling menyalahkan...
Ataukah hanya..saling menyalahkan..???
Pernah mngalami hal sperti ini...terkurung dalam keadaan buah simalakama..memutuskan 2 masalah yang sama-sama penting buat kita??lalu saking udah bingungnya...satu kelompok akhirnya saling menyalahkan...Harga dirisegalanya...belum ada keterbukaan dan siap menerima masing-masing keputusan..tentunya benar-benar hal yang takmudah dilakukanya....Lalu ketika sebuah keputusan diambil...keputusan seperti apa yang dibutuhkan...??salah satu mengalah???ataukah memang harus kalah..???kalau harus kalah lalu bagaiman dengan yang tak bisa menerima kekalahan??
Mungkinkah akan ada cara yang tak menyakiti satu sama lainya???mungkinkah ada keputusan yang tak membuat salah satunya terlukai hatinya...????apa harus ada saling mengerti meski hati sakit???lalu kanapa semuanya seakan berputar-putar hanya seperti itu????
“Seberapa pantaskah untuk ku tunggu Cukup indahkah dirimu untuk slalu kunantikan Mampukah kau hadir disetiap mimpi buruku..? Mampukah kita bertahan disaat kita jauh..
Seberapa hebatkah kau untuk ku banggakkan?? Cukup tangguhkah dirimu untuk slalu kuandalkan.. Mampukah kau bertahan dengan hidupku yang malang..? Sanggupkah kau meyakinkan disaaat aku bimbang..??”
Celakanya meski bukan kau yang paling pantas untuk ku nantikan namun aku terikat dalam alurnya.... dan kau pergi juga hilang kemanapun kau suka...
Mungkin kini kau telah menghilang tanpa jejak...Mengubur semua indah kenangan....
Lalu kamu tersenyum...” Kenangan kita mana yang indah... menyakitkan...” katamu getir.. Aku berdiri dihadapanmu dan mengerjapkan mataku yang kata orang indah...”saat ini.... saat kamu bersamaku...”Kamu berdiri... “hal ini gak akan terulang lagi... cukup... saja sampai disini...” 4 Tahun kemudian.....Aku membanting telepon genggam baruku pada kasur yang empuk...” halagh... munafik...”umpatku pada diriku sendiri...
Ok... dengar perempuan cantik.... Prinsip adalah sebuah pengangan yang akan menjagamu jika kamu melenceng jadi jangan coba-coba mangkir dari prinsip yang kamu gembor-gemborkan sana sini... Ingat....hidup di Dunia ini ada pertanggung jawabanya...dan sementara ini apa yang kamu lakukan akan kamu pertanggung jawabkan pada orang tuamu... dan Nanti pada TUHANmu...Tidak takut...??? silahkan...“Aku mencintainya... mencintainya...” coretku pada buku dyari pink.. milikku... “Tuhan... maafkan aku jika rasa ini benar-benar telah merasuki seluruh tubuhku... Tuhan.... aku terpagut rindu yang dalam padanya dan aku tahu engkau menjaga diriku dan dirinya...Hingga tidak kau pertemukan aku dengannya... meski pun kami berada jarak yang begitu dekat...”Aku menutupnya....menenangkan batin yang bergejolak... kangen... Cuma satu kata itu yang mengisi jiwa rapuh ini... Ah... LEBAI.... !!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!
Setiap orang itu mempunyai kepribadian yang berbeda.. tidak semua orang mempunyai kepribadian yang sama... semua orang... tidak ada yang identik satu dengan yang lainnya...namun setiap orang yang berbeda itu mempunyai satu hak yang sama...”MENCINTAI”... siapapun yang ingin dia cintai....kata abstrak itu juga mengandung arti yang berbeda bagi setiap manusia...kisah diatas... sebagai contohnya... betapa perasaan mencintai yang menjadi hak setiap orang YANG terkadang menyakiti pihak lainnya...
Bukan membahas cinta yang sudah banyak dibahas dimanapun... tapi membahas seberapa pantas orang itu untuk kita cintai....????
• Seolah ia begitu indah • Ia begitu sempurna
Adakah cacat yang kamu temukan dari orang yang kamu cintai ketika kamu mencintainya..??
jawabanya tidak...karena sumpah,,, tidak satu manusia pun bisa bebas dari rasa ini....
Tuhan menciptakan tumbuhan lengkap dengan diciptakanya air sebagai energinya... Tuhan menciptakan Siang lengkap dengan malam yang menggantinya...lalu bukan tidak mungkin Tuhan menciptakan cinta lengkap dengan benci yang menyelimuti dan berbeda tipiiiiiiiiis...
“Dia yang pantas kamu cintai adalah yang....emmmm..bingung... hehe” laki-laki jangkung dengan lesung pipit dipipinya itu malah senyum-senyum gak jelas ketika ku tanyai siapa ya orang yang pantas aku cintai...
“Dia... adalah orang yang bisa jadi ‘imam” kamu...”perempuan teman SMU ku yang kini telah bersuami itu menjawab begitu...dan banyak jawaban lain yang membuatku semakin bingung dengan siapa yang pantas aku cintai... lalu ketika aku bertanya..
“ Pantaskah si ......... aku cintai...???”Mereka menjawab..:
“ Enggak... karena pantesnya buat aku...hehe” “Enggak... dia udah kelewatan memperlakukan kamu sperti itu...” “Enggak... ati-ati...kamu Cuma akan jadi korban cewek yang ditolaknya lagi.. dan itu ngancurin image kamu... gak malu apa??” “Udah gak usah ngeyel... dia gak cinta sama kamu...ngapain kamu mencintainya...”
Hanya satu yang mengucapkan ia pantas aku cinai... ia pantas mendapat tempat di hati ini... siapa yang bilang??Y a...aku .... :) Kesimpulannya... yang namanya manusia itu...susah mendengarkan kata orang lain untuk masalah ini... bagi mereka yang bener adalah kata hati,,, meski nanti endingnya begitu menyakitkan... hanya ada satu pilihan jika sudah berani mencintai... yakni berani di sakiti....“Astaghfirrullahhhhh...". Sementara rasa sakit itu... tidak seindah rasa cinta yang termiliki... lalu.... "Siapkan hatimu jika kamu disakiti... karena dicintai itu sudah merupakan kodrat manusia,,, namun disakiti itu..butuh persiapan mental hingga kamu nanti mampu bertahan..."
*In memoriam..with all my best prend SMU... gak ada habisnya membahas satu kata "cinta" yang kita sndriri belum merasakannya... hehehehe :)
Lepas dari kejadian itu... aku kembali merasakan sesuatu yang aneh pada puasa tahun 2005.. Seorang anak SMK yang dulu aku seakan tidak perduli dengan keadaannya, akhir-akhir ini aku menjadi begitu dekat dengannya, ini bermula karena temanku si Nova adalah pacar temannya, anggap saja nama anak SMK itu Roni, Aku mendapatkan no.HP Roni dari Nova, dan iseng... aku missed call... eh ternyata dia mengirimiku sms,,, Huft.. ternyata benar kata orang kalau dia itu benar- benar cowok yang aneh..!!!! pemalu itu kesan pertama yang aku temukan darinya, kedua ia begitu pendiam... dan kata-katanya itu lho.... make my heart sick... n i’m so ilfill with him... bener... sebel banget...!!!
hingga suatu malam aku harus menjenguk tetanggaku yang sakit, dan menyebalkannya aku harus melewati jembatan dimana ia sering kali nongkrong bersama teman-temannya... gitaran ra nggenah pokoke..aku sama sekali tidak menyapanya... bersama mbak ku aku jalan terus tidak memperhatikannya hanya saja sedikit mencuru-curi pandang kearahnya.. kulihat saat itu dia memakai celana jeans sobek-sobek kesukaannya dan jacket levis yang aku tidak tahu kapan terakhir kali dia mencucinya, rambutnya yang agak gondrong ia biarkan tergerai menuupi wajah yang kata orang-orang cakep.. dan kacamata yang selalu menempel dimatanya itu cenderung membuat dia makin... hmmm apa ya... saat itu aku benar-benar tidak menyadari bahwa ia itu sebenarnya cakep sekali hahahha,,, Berawal dari sms-sms yang tidak penting, aku kemudian merasakan ada sesuatu yang penting dari hubungan itu... aku saat itu hanya mampu berkata pada kakakku.. “Dengan berteman dengannya itu sudah lebih dari cukupp... mbak... aku tidak berani beharap telampau jauh..” Ya... coba saja kamu pikirkan mana berani berharap banyak pada orang yang seumur hidupnya jarang sekali dekat dengan yang namanya cewek... dan dengar-dengar... cewek tercantik di SMA ku pun dia tolak... Ya Allah... apalagi aku..? aku bukan seorang yang cantik... apalagi perfect, maka dengan rasa “tahu diri” tak berani aku berhaap banyak padanya...Namun... yang namananya rasa itu tidak bisa terkendali.. meluap-luap, melihat sikapnya yang tidak pernah dibuat-buat.. , dan satu yang membuatku kagum pada sosok itu... dia adalah orang yang tidak pernah neko-neko... sederhana... n gak banyak bicara... meski ia juga tidak pernah mengerti bagaimana cara menghadapi perempuan... ia terlalu naif untuk dijelaskan... Bulan purnama itu yang akan terus menjadi saksi betapa tiap malam aku menulis untuknya... dan aku tidak pernah merasakan sesuatu yang bisa menjadi inspirasiku kecuali manusia itu... sebenarnya benci... tapi ia aneh... dan aku menikmati keanehannya...
Waktu semakin berjalan.. bulan puasa tahun itu terasa indah kulewati... do’a-do’a yang ku lantunkan padanya juga semuanya... kami tidak pernah dan hampir menghindari terlibat percakapan hanya berdua saja... selalu ada alasan untuk menghindari itu... hanya sms dan telfon yang menjadi jembatan komunikasi kami... kamu tahu, kenapa ia tidak pernah mau bicara padaku..?? ia malu katanya... aku juga begitu sebenarnya... ia menjadi begitu aneh padaku... hal yang paling tidak bisa aku terima adalah ia seperti benar-benar bersikap aneh padaku.. padahal kepada teman-temanku yang lain dia biasa saja kenapa padaku ia bgitu aneh... huft aku tidak mengerti jawabanya.. aku tidak paham apa yang ada dalam pikirannya... aku hanya diam.. dan mencoba menerima dia seperti apa yang ia mau... aku begitu “manut” padanya alasanku cukup rasional... ia tidak pernah memintaku melakukan hal yang aneh, nyleneh dan sebagainya... aku merasa nyaman padanya... salahkah aku??? Waktu memebuat aku semakin terperangkap dalam pesonanya... aku tersadar aku terpenjara... namun aku menyukainya... saat itu rasanya tidak ada yang lebih baik darinya... hampir 80% sikapnya aku nilai positif.. entahlah anak itu memang seperti tidak pernah salah... Ia membuatku dekat pada yang diatas... ia membuatku menjadi orang yang sederhana.. ia membuatku menjadi seorang perempuan yang tahu akan kodratnya... meski dia selalu menganggapku anak kecil... salah.. dan salah...
Ia terlalu meremehkan aku.... kadang kata-katanya membuat hatiku sakit, dan benar-benar sakit... mungkin sampai saat ini rasa sakit itu masih terasa... meski aku memaafkannya... nmaun luka yangditorehkannya sulit untuk sirna... aku merasa aku begitu lemah didepanya... sumpah!!!! Baru kali ini ada cowok yang bisa membuatku lebay setengah hidup....
Astagfirrullah....aku jadi heran... dengan diriku sendiri, Hingga pada hari itu, awal mula kesalahan yang mungkin baru ia hadapi terjadi... dan bencana itu datang... semua karena salahku... tapi jika orang tuaku sedikit mengerti maksud ku.. maksud kami berdua... semua itu tidak akan terjadi... dan ia mungkin tidak akan membenci keluargaku... seperti saat ini...
Siapa yang bersalah masih menjadi pertanyaan sampai saat ini... aku sebenarnya yang merasa bersalah... dan ia juga biegtu.... ia merasa bahwa ia yang bersalah... hanya satu yang merasa benar di sini... Orang tuaku... mereka merasa benar dengan klaim.. klaim... mereka... tapanapa mereka ketahui disini kami tersiksa dengan semua itu... Andai para “orang tua” itu tahu bahwa tidak ada hubungan apa-apa anatara aku dan laki-laki itu.... mungkin masalahnya tidak akan beralrut sampai disini... Aku saat itu masih SMU kelas dua... apa yang bisa dilakukan anaka sma seusiaku... menangis...?? menangis...??? dan ia???? Tak lagi kudengar suaranya menyapaku.. tak lagi kubaca smsnya yang membuat panas hatiku... perlahan tapi pasti ia menjauh dariku... jauh... ia tidak tahu disini aku membutuhkannya... aku terseok bangun dari tekanan semua orang disekelilingku... dan ia tak ada... aku tahu ia bukan siapa-siapaku.. tapi salah kah.. jika saat itu ia bantu aku untuk bangun.... Aku sakit... hingga sekolahku sedikit terbengkalai... Hingga ku akhirnya mengerti bahwa ia pun disana terjatuh... sakit... memghadapi tekanan dari sekelilingnya... aku tahu kami sama-sama sakit.... meski tidak ada hubungan yang jelas diantara kami tapi ketika masalah itu datang dan seharusnya kami hadapi bersama... tapi ia memilih pergi.. dan aku memilih mundur... sudahlah....ia bukan orang yang tepat untukmu.... sabarku pada diriku sendiri... Lama sekali aku merasakan trauma... aku rasa seluruh keluargaku mengerti.... aku menjadi begitu sensitif ketika ada yang mengucapkan “cinta” ataupun film-film di TV yang berkisah tentang itu...aku bisa langsung marah dan membentak-bentak siapa saja yang menontonnya....atau yang menceritakannya.. Kisah ini masih panjang.. hingga kini aku tidak mengerti sampai kapan akan berakhir...aku tahu aku harus mengakhirinya... namun aku tidak mengerti bagaimana... cara aku berlari dari sesuatu yang aku sendiri enggan keluar dari porosnya...
Tapi sekarang aku bukan anak smu lagi yang bisa ia perlakukan dengan seenaknya sendiri, semaunya sendiri... aku punya prinsip sekarang... dan kamu tahu maaf itu selalu terbuka untuk kamu... meski tidak mungkin aku lupa atas apa yang kamu lakukan padaku... Aku akan membiarkanmu pergi bersama sayap-sayap yang telah kembali utuh... disini aku akan mulai menjahitnya satu persatu... hingga sayap itu benar-benar kuat ketika aku akan terbang... tidak perlu sayap emas... tidak perlu yang berbahan baja... aku hanya perlu sutra... hingga ia akan menghampirimu dengan kelembutannya... tidak ada yang berubah jika kamu berani mengambil keputusan... namun jika memang kamu akan pergi jauh... aku tahu kita punya jalan hidup yang berbeda... meski pernah ada pintu terbuka untuk melangkahkan kaki didalamnya...
kamu beruntung.. kamu bisa mencabik-cabik hati yang rapuh ini... Tapi kamu salah jika kamu mengira kamu akan berhasil menginjak-injaknya... esok kita bertemu.. entah apa yang akan kembali terjadi namun memori itu tidak akan pernah mati... jangna coba kamu hapus... karena itu akan semakin sakit untuk melupakannya... aku tahu masih begitu lekat kejadian itu... tidak ada yang ingin aku paksakan... jika kamu memilih pergi.... itu pilihanmu... jika kamu kembali... tambal kembali sayap yang patah itu dengan kelembutan... pada waktu yang tepat...
Tanpa hal-hal yang tidak pernah sesuai dengan prinsip dan keyakinan kita... karena aku tahu.... jalan yang kamu pilih itu benar, kamu menikmatinya, kamu bahagia didalamnya... dan itu sudah lebih dari cukup jika aku melihatmu tertawa tanpa beban... hadapai hari esok dengan senyuman... dan aku sekarang juga telah menemukan jalan itu meski tanpamu dan tak seterang dulu,, tapi ini cukup menjadi tameng bagi diriku,, menjaga apa yang telah di jiwa.. selamanya hingga waktu yang akan menjawab nya...
Aku tidak memungkiri ada kuncup-kuncup lain yang datang menyapa... tapi sama sepertimu... sama seperti katamu... tidak ada keberanian untuk itu... Kita tahu.. kita terlalu takut untuk mencoba... hal yang baru... yang tidak pernah terlintas sebelumnya... mungkin itu lebih indah.. tapi menyakiti orang lain begitu sakit untuk kembali kita dengar...karena kita pernah merasakan kesakitan itu.. Jangan berubah....