Jurnalistik sampai saat ini masih dianggap sebagai sumber informasi yang paling akurat di masyarakat, Opini public dengan mudah dapat dibentuk melalui sebuah tulisan dan rekaman media, focus pikiran public hasil pengaruh dalam jurnalistik akan mempengaruhi perilaku mereka, Pengaruh jurnalistik halus dan hampir tidak berasa namun efeknya akan luar biasa.
Jurnalistik dan media, ada benang merah yang mengikat keduanya agar berjalan beriringan, Jurnalistik sendiri memerlukan media untuk mengungkap fakta dan realita begitu juga media ia tidak akan berarti apa-apa tanpa jurnalistik di dalamnya, ia seperti wadah kosong. Keinginan untuk melayani publik dengan informasi yang berkembang merupakan hasrat dari semua manusia, semua manusia bisa menjadi jurnalis, namun tidak semuanya bisa menjadi jurnalis yang baik.
Untuk menjadi seorang journalist yang baik ada Sembilan elemen jurnalistik yang ditulis oleh Bill kovach dan Tom Rosentiel sebagai pematok jalannya jurnalistik internasional. Sayangnya jurnalistik yang berjalan sekarang sudah mulai “berselingkuh” dengan politik, bisnis dan sebagainya. Elemen jurnalistik juga bisa dibilang sebagai batasan sejauh mana jurnalist menjalankan tugas-tugasnya.
Sebagai sebuah jembatan informasi media dalam menjalankan kewajiban dan kinerjanya harus berada dalam sebuah garis lurus keterikatan Elemen-elemen jurnalistik juga kode-kode etik yang berada di dalamnya.
Kisah awal bermulanya kemunculan Sembilan elemen jurnalisme berawal ketika para pakar jurnalistik tidak menyadari pada dasarnya apa pekerjaan mereka, untuk apa, bagaimana, harus seperti apa, hingga pada akhirnya terkumpulah Sembilan elemen jurnalistik yang sampai saat ini masih menajdi dominasi penuntun pelaku jurnalistik dalam melaksanakan tugasnya.
Sembilan elemen jurnalisme menurut Bill Kovach :
1. Kewajiban pertama jurnalisme adalah pada kebenaran
2. Loyalitas utama jurnalisme adalah kepada warga
3. Intisari jurnalisme adalah disiplin verivikasi
4.
5. Jurnalisme harus berlaku sebagai pemantau kekuasaan
6. Jurnalisme harus menyediakan forum public untuk kritik maupun dukungan warga
7. Jurnalisme harus berupaya membnuat hal pentinng dan menarik dan relevan
8. Jurnalisme harus menjaga agar berita komperhensif dan proporsional
9.
Dalam Sembilan elemen diatas terlihat bagaimana kiprah jurnalistik dalam menyajikan sebuah informasi yang ditujukan pada warga. Betapa sebuah berita itu harus berimbang, itu dalam tataran teori yang dipelajari, namun di luar dalam tataran nyata seorang journalist cenderung mempunyai keberpihakan–keberpihakan tertentu akan sebuah masalah, kadang ada yang berkilah keadilan itu milik Tuhan saya manusia hanya bisa mengupayakannya, seperti itu ?
Dalam sebuah bisnis media dimana siklus jurnalistik berada didalamnya, terbentuk sebuah pertanyaan, apakah media dalam lingkaran bisnis itu ataukah bisnis yang berada dalam lingkaran media, Pada dasarnya Jurnalistik bisa dikatakan sebuah pemuas rasa ingin tahu publik melalui informasi yang di sajikannya, Dalam kaidah elemen jurnalistik diprioritaskan pada nomor urut satu, Kewajiban utama seorang journalis adalah pada kebenaran. Lalu kaitan dengan berita yang disajikan? Saya yakin semua berita yang disajikan adalah benar, tidak mungkin seorang jurnalis akan membuat berita yang terkotak, dalam artian tanpa mencari data yang falid. Akan tetapi masalahnya kebenaran sebuah berita itu bisa dimunculkan dalam artian pandangan dan keberpihakan perusahaan yang membawahi media tersebut condong ke pihak yang mana, jika pada dasarnya Perusahaan condong kepada pihak “A” semisal, lalu pihak “A” ini melakukan sebuah kesalahan atau hal buruk yang menyangkut imagenya dimasyarakat maka medianya akan cenderung meminimalisir penulisan kesalahan-kesalahan yang dilakukan oleh pihak “A”. Kebenaran dalam artian yang mana? Mungkin jawabannya akan begitu abstrak, karena setiap masyarkat, setiap manusia, setiap ras, suku, dan Bangsa akan mempunyai persepsi kebenaran yang berbeda-beda, kebenaran semacam apa yang dimaksud oleh Bill kovach, benarkah ia adalah kebenaran filosofis? Tentu tidak, kebenaran dalam elemen ini adalah kebenaran yang berada dalam tataran fungsional, semisal polisi menangkap pelaku kriminal dikarenakan polisi mencari data dengan kebenaran fungsional, begitu juga Jurnalis yang ditegakkan adalah kebenaran fungsional, lapis demi lapis.. Media selalu menulis kebenaran tapi untuk siapa?
Jawabanya masyarakat, dan itu sudah pasti sebagai mana dalam Sembilan elemen jurnalistik yang tertulis bahawa Loyalitas utama jurnalistik adalah pada Warga. Pada kenyataannya Jurnalis saat ini terkotak-kotak, mendukung dan loyal pada pimpinan medianya pada siapa pimpinan medianya loyal maka akan kearah itu si media melakukan loyalitasnya, ini yang saya anggap sebagai sebuah benturan idealitas dengan realitas yang ada pada saat ini, bukan menyalahkan seorang journalis yang melakukan hal tersebut tapi sepertinya realitas-realitas yang terjadi dalam keseluruhan media seperti itu.
Lepasnya kontrol pemerintah menjadikan sebuah media menjadi sangat Independen, namun dengan independensi yang dimiliki oleh media apakah benar bisa membuat media benar-benar menjadi berimbang dan netral, ataukah hanya akan menajdi lahan bisnis dan kapitalisasi?.
Dalam era kebebasan yang kita nikmati saat ini, hampir semua orang bisa menciptakan media. Melalui apapun sarananya publik bisa melakukan tindakan jurnalisme, namun ketakutan akan tumpulnya kritisme, masih ditakuti, bukan karena peran pemerintah yang mulai melakukan control jurnalisme lagi namun jurnalisme yang akan berlandaskan kapitalisasi bisnis, yang ditakutkan Jurnalistik hanya akan dijadikan alat untuk memperkuat akar bisnis dan rantainya, bukan informasi yang sebenar-benarnya pada publik.
Ada sebuah mitos bahwa Jurnalisme ideal tidak akan bisa bertahan hidup dalam situasi global seperti sekarang, benturan-benturan realitas memang harus dihadapi para jurnalis dalam melaksanakan tugasnya, seorang jurnalis yang memang mempunyai berbagai sisi bukan hanya ia sebagai, profesionalitas, loyalitas dan independensinya, akan tetapi sisi kepriadian dan kehidupan sehari-harinya, ia juga orang yang mempunyai keluarga, kehidupan yang akan berkelanjutan dan sebagainya. Salahkah saya jika saya mengatakan bahwa memang ini realitasnya yang terjadi dimana seorang jurnalis saat ini masih merasakan pengukungan dalam tubuh media itu sendiri.
Namun jika kembali pada pertanyaan untuk apa jurnalistik itu harus ada? Banyak alasannya, Jurnalistik ada untuk memenuhi hak-hak warga Negara, Jurnalisme ada untuk demokrasi, Jurnalisme ada untuk jutaan orang yang terberdayakan arus informasi bebas, Menjadi terlibat langsung dalam menciptakan pemerintah dan peraturan baru untuk kehidupan politik, social, dan ekonomi negeri mereka.(Kovach & Rosentiel, Sembilan elemen jurnalisme 2003: 11).
Seharusnya jurnalisme ada untuk itu namun dengan pergeseran dan perkembangan dunia saat ini jurnalistik tidak hanya berfungsi untuk hal-hal diatas, namun jurnalistik terkadang digunakan sebagai alat untuk mempengaruhi kebijakan, Jurnalistik sebagai hiburan dan sebagainnya. Elemen jurnalistik masih tetap dipakai namun sudah Nampak adanya pergeseran-pergeseran fungsi jurnalistik dalam kenyataan saat ini.
Jurnalisme adalah pemantau kekuasaan namun perselingkuhan politik dan media saat ini bukan hal yang blur lagi sudah Nampak jelas bahwasanya media dimana jurnalistik di dalamnya digunakan sebagai alat pemerolehan kekuasaan, karena pada dasarnya media memang milik “orang-orang” itu.
Siapa yang disalahkan? Tidak ada semua terjadi karena situasi yang ada mendukung untuk melaksanakan hal tersebut, hanya saja dalam elemen jurnalistik ini point terkahir dijelaskan bahwa Jurnalis diperbolehkan mendengar hati nuraninya, ia juga bahkan boleh membuat sebuah berita yang membuat public mengerti bahwa berita itu tidak benar-benar independen, jika memang berita yang diminta oleh atasan sang wartawan memihak atau menyudutkan pihak-pihak tertentu.
Pola kehidupan jurnalis akan selalu penuh warna, bukan hanya putih saja, itu yang membuat para jurnalis peka nuraninya, seorang jurnalis akan membuat berita dengan fakta yang ada, jurnalis ada bukan sebagai hakim, tapi sebagai penjunjung kebenaran.
No comments:
Post a Comment